Selasa, 29 November 2011

ILMU HADITS

BAB I
Pendahuluan
Hadits adalah sumber hukum Iislam kedua setelah al Qur’an. Keberadaan Hadits yang bersumber dari Nabi SAW pada perkembangannya mengalami beberapa tantangan. Diantaranya adalah adanya pemalsuan Hadits. Maksudnya adalah banyaknya manusia pada masa itu yang dengan sengaja mengeluarkan Hadits palsu dengan beberapa alasan.  Untuk itu keberadaan Hadits yang merupakan sumber ajaran islam harus diteliti dengan benar. Pada makalah ini kami mencoba memberikan gambaran tentang adanya hadits palsu (Maudu’) dilengkapi dengan cirri-ciri dan sejarah kemunculannya. Dengan harapan kita semua bisa memilih Hadits yang memang benar-benar bersumber dari Nabi untuk dijadiakan pedoman dalam kehidupan sehari-hari.
Kami sadar dalam penyusunan makalah ini banyak sekali kesalahan, untuk itu dengan senag hati kami menunggu kritik yang bersifat konstruktif untuk memperbaiki makalah ini.
Sekian dan terima kasih.





                                                                                                            Penyusun



BAB II
HADITS MAUDU’
1.      PENGERTIAN HADIS MAUDU’
Al-Maudu’ adalah isim maf’ul dari “Wadhoa-Yadho’u-Wadh’an” yang artinya menurut bahasa ada 3 macam yaitu meletakan atau menyimpan, mengada-ngada atau membuat-buat dan yang ditinggalkan.
Sedangkan Hadis Maudu’ menurut istilah ahli hadis adalah “Hadis yang disandarkan kepada Rasulullah SAW secara dibuat-buat dan dusta, padahal beliau tidak mengatakan dan tidak memperbuatnya. Sebagian mereka mengatakan bahwa yang dimaksud dengan hadits maudu’ adalah hadits yang dibuat-buat.”
Sedangkan menurut Ibn Al Shalah dan diikuti oleh an Nawawi ialah sesuatu Hadits Yang dibuat-buat.
Sebagian ulama mendefinisikan sebagai berikut: “Hadits yang diciptakan dan dibuat oleh seseorang (pendusta) yang dinisbahkan kepada Rasulullah secara paksa dan dusta, baik sengaja atau tidak.”
Dari pengertian di atas dapat dikatakan bahwa hadis maudu’ bukanlah hadits yang bersumber dari Rasulullah atau dengan kata lain bukan merupakan hadits Rasul, paling tidak sebagian, namun hadits tersebut disandarkan kepada Rasul.

2.      SEJARAH DAN PERKEMBANGAN HADITS MAUDU’
Para ulama berbeda pendapat tentang kapan mulai terjadi pemalsuan hadist, apakah telah terjadi sejak masa Nabi SAW masih hidup, atau sesudah beliau wafat. Diantara pendapat-pendapat tersebut adalah:
1.      Sebagian para ahli berpendapat bahwa pemalsuan hadits telah terjadi sejak masa Rosulullah masih hidup. Pendapat ini diantaranya dikemukakan oleh Ahmad Amin (w. 1373/ 1954). Argumen yang dikemukakan adalah hadits Nabi yang menyatakan “Barang siapa dengan sengaja membuat berita bohong denga mengatasnamakan Nabi maka hendaklah orang itu bersiap-siap menempati tempat duduknya di neraka. Akan tetapi Ahmad Amin tidak memberikan bukti untuk memperkuat dugaannya tentang telah terjadinya pemalsuan hadits  ketika itu.
2.      Shalah al-Din al-Adhabi berpendapat bahwa pemalsuan Hadits yang sifatnya semata-mata melakukan kebohongan terhadap Nabi SAW, atau dalam pengertiannya yang pertama mengenai al-wadh sebagaimana yang telah diuraikan dimuka, dan berhubungan dengan masalah keduniawian telah terjadi pada zaman Nabi, dan hal itu dilakukan oleh kaum munafik. Sedangkan pemalsuan Hadits yang behubungan dengan masalah agama, atau dalam pengertiannya yang kedua mengenai all wadh belum pernah terjadi paaa Nabi SAW.
3.      Kebanyakan Ulama Hadits berpendapat, bahwa pemalsuan Hadits baru terjadi untuk peratama kalinya adalah setelah tahun 40 H, pada masa kekhalifahan ‘Ali bin Ali Thalib, yaitu setelah terjadinya perpecahan politik antara kelompok Ali di satu pihak dan Muawiyah denga pendukungnya di pihak lain, serta kelompok Khawarij yang pada awalnya dalah kelompok Ali.

3.      LATAR BELAKANG MUNCULNYA HADIS MAUDU’
Berdasarkan data sejarah, pemalsuan hadis tidak hanya dilakukan oleh orang-orang islam,tetapi juga dilakukan oleh orang-orang non islam.
Ada beberapa motif yang mendorong mereka membuat hadis palsu, antara lain:

a.      Pertentangan politik.
Perpecahan umat islam akibat pertanyaan poltik yang terjadi pada masa kekakhalifahan Ali bin Ali Thalib sangan besar berpengaruh terhadap pemunculan hadits-hadits palsu.Masing-masing golongan berusaha mengalahkan lawan dan mempengaruhi orang-orang tertentu, salah satunya adalah membuat hadits palsu. Akibat perpecahan politik ini, golongan syiah membuat hadits palsu. Golongan inilah yang pertama-tama membuat hadits palsu.
Contoh Hadits palsu yan dibuat oleh kelompok Syiah adalah:
“Hai Ali, esungguhnya Allah mengampuni engkau, keturunan engkau, kedua orang tua engkau, para pengikut engkau, dan orang-orang yang mencintai pengikut engkau.

b.      Usaha Kaum Zindiq
Kaum zindiq adalah kaum yang membenci islam, baik sebagai agama atupun sebagai dasar pemerintahan. Mereka merasa tidak mungkin dapat melampiaskan kebencian melalui konfrontasi dan pemalsuan Al Qur’an, sehingga menggunakan cara yang paling tepat dan memungkinkan, yaitu melakukan pemalsuan hadits, dengan tujuan menghancurkan agama islam dari dalam. Daintara tokoh pemalsu hadits diantaranya Abd al Karim ibn abu Auja. Dia sendiri mengaku memalsukan hadits sebanyak 4.000 hadits yang berhubungan dengan penghalalan yang haram dan pengharaman yang halal.

c.       Sikap Fanatik Buta terhadap Bangsa, Suku, Bahasa, Negeri dan Pimpinan
Salah satu tujuan membuat hadits palsu adalah sifat ego dan fanatik buta serta ingin menonjolkan seseorang, bangsa, kelompok, dan sebagainya.

d.      Mempengaruhi kaum awam dengan Kisah dan Nasihat
Kelomok yang melakukan pemalsuan hadis ini bertujuan untuk memperoleh simpati dari pendengarnya sehingga mereka kagum melihat kemampuannya.Hadis yang mereka katakan terlalu berlebihan.

e.       Perselisihan dalam Fikih dan Kalam
Munculnya hadis-hadis palsu dalam masalah-masalah fiqih dan ilmu kalam ini berasal dari para pengikut Madzhab. Mereka melakukan pemalsuan hadis karena didorong sifat fanatik dan ingin menguatkan madzhabnya masing-masing.
f.       Membangkitkan Gairah Beribadah, Tanpa Mengerti Apa yang Dilakukan
Banyak di antara ulama yang membuat hadis palsu dengan asumsi bahwa usahanya itu merupakan usaha mendekatkan diri kepada Allah dan menjunjung tinggi agama-Nya.

g.      Mendekatkan diri pada penguasa
Diantara pemalsu hadits tersebut, ada yang sengaja membuat hadits dengan tujuan untuk mendapatkan simpati atau penghargaan dari para khalifah atau pejabat pemerintahan yang berkuasa pada waktu itu.
Beberapa motif pembuatan hadis palsu di atas dapat di      kelompokan menjadi:
·         ada yang sengaja,
·         ada yang tidak sengaja merusak agama,
·         ada yang karena merasa yakin bahwa membuat hadis palsu diperbolehkan,
·         ada yang karena tidak tahu gila dirnya membuat hadis palsu.

4.      KAIDAH-KAIDAH UNTUK MENGETAHUI HADIS MAUDU’

1.      Ciri-ciri yang terdapat pada sanad
·         Pengakuan si pemalsu Hadits
·         Kenyataan sejarah yang menunjukan bahwa perawi tidak bertemu denga orang yang diakuinya sebagai gurunya
·         Keadaan perawi
·         Perawi tesebut dikenal sebagai seorang pendusta, sementara Hadits yang diriwayatkannya itu tidak pula diriwayatkan oleh seorang perawi lain yang dipercaya

2.      Ciri-ciri yang terdapat pada matan
·         Terdapat kerancuan pada lapaz Hadits yang diriwayatkan.
·         Maknanya rusak dan tidak diterima akal sehat.
·         Bertentangan dengan nash al qur’an
·         Hadits yang mendakwa bahwa para sahabat sepakat untuk menyembunyikan sesuatu pernyataan Rasul SAW.
·         Hadits yang menyalahi fakta sejarahyang terjadi pada zaman Nabi SAW.
·         Matan Hdits tersebut sejalan atau mendukung mazhab perawinya.
·         Suatu riwayat mengenai peristiwa besar yang terjadi dihadapan umum yang semestinya diriwayatkan oleh banyak orang, akan teapi hanya diriwayatkan oleh seorang perawi saja.
·         Hadis yang menerangkan pahala yang sangat besar terhadap pekerjaan yang kecil dan yang sangat sederhana



BAB III
DAFTAR PUSTAKA
Al Qur’an dan Terjemahnya, Proyek pengadaan Kitab Suci Al Qur’an, Depatemen Agama RI
Yuslem, Nawir, Ulumul Hadits, Mutiara Sumber Widya, Jakarta,
Mudasir, Ilmu Hadits, Pustaka Setia, Bandung,
































Tidak ada komentar:

Posting Komentar